Ada dua jenis bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu semantic dan pragmatic. Keduanya memiliki perbedaan dalam penggunaan kata dan makna. Berikut ini akan disajikan contoh-contoh dari keduanya.
Contoh Semantic
Contoh dari semantic adalah penggunaan kata-kata dengan makna yang tepat. Misalnya, ketika seseorang mengatakan “saya lapar”, maka artinya adalah orang tersebut merasa kekurangan makanan dan ingin segera makan. Begitu pula ketika seseorang mengatakan “saya haus”, maka artinya adalah orang tersebut merasa kekurangan minuman dan ingin segera minum.
Selain itu, ada juga contoh dari penggunaan kata-kata yang memiliki makna ganda. Misalnya, kata “kucing” dapat merujuk pada hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan, atau dapat merujuk pada seseorang yang suka berganti pasangan dengan mudah. Oleh karena itu, dalam penggunaan kata-kata semantic, perlu diperhatikan konteks dan makna yang tepat.
Contoh Pragmatic
Contoh dari pragmatic adalah penggunaan kata-kata dalam konteks yang berbeda-beda. Misalnya, ketika seseorang mengatakan “bagaimana kabarmu?” ketika bertemu dengan temannya, maka artinya adalah orang tersebut ingin mengetahui kondisi terbaru temannya. Namun, jika seseorang mengatakan “bagaimana kabarmu?” ketika sedang marah, maka artinya adalah orang tersebut sedang mengejek atau menantang temannya.
Selain itu, ada juga contoh dari penggunaan kata-kata yang mengandung makna tersirat. Misalnya, ketika seseorang mengatakan “kamu tidak terlalu pintar ya?”, maka artinya sebenarnya adalah orang tersebut merasa superior dan ingin menunjukkan kelebihannya.
Kesimpulan
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa semantic dan pragmatic memang memiliki perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi, perlu memperhatikan konteks dan makna kata yang digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau bahkan konflik. Selain itu, penggunaan bahasa yang tepat juga dapat meningkatkan efektivitas komunikasi.